31 Oktober 2012

:: Pohon Rasa ::

Suatu hari, kami berdua sepakat untuk sama-sama tumbuh bersama rasa yang kami sepakati untuk tak memberinya nama. Kami hanya ingin tumbuh subur bersama rasa itu. Membiarkan diri kami bertiga tumbuh bersama alam yang menyelimuti kami dengan hangat.

Aku, dia dan rasa itu.


Kami tumbuh bertiga, kadang saling menggenggam satu sama lain, atau sesekali rebah di bawah induk kami; jagat raya. Bercerita dan bercanda dengan sahabat karib kami bertiga ; waktu.



Kami bahagia; aku, dia dan rasa yang tak kunjung kami beri nama.

Hingga suatu hari aku bertanya pada dia, sampai kapan rasa itu tumbuh tanpa nama diantara kita? Dia menggeleng kepalanya, lalu dengan senyumnya yang hangat ia mengajakku menemui induk kami ; jagat raya.

Kepada jagat raya, ia memintaku sekali lagi untuk tumbuh bersama rasa . membiarkan rasa itu menemukan namanya sendiri dalam diri kami...

Hingga suatu hari rasa itu menemukan wujudnya; dua buah hati

Ia bertanya padaku, kenapa ada dua buah hati? Adakah yang berkhianat diantara kita? Aku tak dapat menjawabnya seketika sang waktu menyeretku mundur dan semakin jauh darinya yang terus berdiri mematung mengenggam dua buah hati dengan tubuh bergetar. Dan aku terus memaki waktu yang mengkhianati kami. Yang mengurungku di titik lampau yg kelam.

Hingga suatu hari, dengan tubuh terseok kujumpai pohon besar yang menjadi rumah kami bertiga; aku, dia dan rasa.

Tak kujumpai dia lagi, kecuali rasa yang sudah berwujud menjadi buah hati, hanya satu. Tak lagi dua kecuali sepucuk surat di dekat buah hati:

kepada kamu, saudara rasaku. Aku selalu berharap rasa itu hanya berbuah 1 hati saja, yang kelak kita nikmati bersama dalam pelukan bunda kita, jagat raya. Sayangnya rasa itu tumbuh dan berbuah dua hati. Satu untukmu dan satu untukku. Untuk kita nikmati bersama tapi masing-masing. Sendiri-sendiri. Keadilan yang menyakitkan bukan?

Sudahlah, toh kita tak pernah berkuasa akan rasa ini bukan? Bahkan dari awal kita sepakat tak menamainya dan membiarkan ia tumbuh sendiri dan menemukan namanya dalam diri kita sendiri. Dia tak hanya menemukan, tapi juga wujudnya, dia berwujud hati dan bernama cinta. Tapi masing-masing satu untuk kita..

Saudara rasaku, perempuan yang kutemani tumbuh bersama rasa...

Perjalanan tumbuh kita bersama rasa udah usai.. Inilah jawaban yang disembunyikan ibu kita; jagat raya. Dua buah hati untuk kita nikmati masing-masing sendiri..


Aku, lelaki yang tumbuh bersamamu dengan rasa.
-P-
 
 
=========
 
 
Form " Pohon Rasa " My embrio new book 

-MN-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Vintage Dress For Wedding

Berangkali diantara para selancar yang kebetulan cari referensi Vintage Dress For Wedding-nya, mungkin beberapa gaun dibawah ini bisa jadi...