Sebenarnya agak lucu juga sih saya menuliskan tentang ini. Tapi beberapa temen yang sudah nikah dan "khilaf" curcol soal mimpi-mimpi mereka yg terhalang karena bakti istri terhadap suami, membuat saya terpancing juga untuk membuat notes ini, hihihihi....Beberapa kali saya sempet terlibat obrolan sesat sesaat dengan beberapa temen yang sudah menikah. Yang anehnya sebagian besar menyarankan saya, untuk jangan nikah dulu, hahhahahaha!!
Begitu rumitkah menjadi seorang wanita yang terikat dalam pernikahan....?? ah saya rasa sama saja. Nikah atau lajang sama enaknya, sama ribetnya :p tapi mungkin persoalan after merried lebih kompleks kali yah..?? secara makin banyak yang dipikirin. tapi inilah kesan yang saya tangkap dari beberapa obrolan sesat sesaat dengan beberapa temen saya akhir-akhir ini.
Salah satu yang cukup menarik dan membuat saya terpancing untuk membuat notes ini, tentang "Mimpi-mimpi" yang tidak teralisasikan ketika lajang dan terus terpelihara hingga terikat dalam pernikahan. Tapi bagaimana jika pernikahan justru menjadi penghalang mimpi...??
Contoh simplenya : ( saya aja deh jadi objeknya :p) ketika masih single saya memiliki cita-cita ingin jadi pengacara , tapi belum sempat jadi pengacara, saya udah keburu nikah dengan seorang yang awalnya mendukung cita-cita saya ini. Tapi lambat laun, dalam pernikahan yang saya jalani, terjadi perubahan. Suami saya nih.. (heheh..agak kaku juga nulis kalimat ; SUAMI SAYA, hahahha ) mulai keberatan dengan kegiatan kerja dan kuliah saya. Dengan berbagai alasan padahal saya sebagai istri sudah merasa sepenuhnya menjalankan kewajiban saya secara full. Tapi si suami tetap ngotot untuk menghentikan impian saya dan full menjadi Ibu Rumah Tangga...
Jika saya menolak maka beberapa tuduhan pasti akan ditempelkan di jidat saya :P
- Istri yang tidak sholeh, karena tidak menuruti kata suami
- Istri pembangkang
- Istri yang melawan kodratnya sebagai perempuan.
- Istri yang lebih memilih karir ketimbang kebahagiaan keluarganya
Dan lain-lain aja, soalnya makin lama tuduhannya makin seremmm....hihihihiih...
Jujur aja, dari contoh yang saya utarakan di atas, saya sendiri ngeri membayangkan jika saya terperangkap dalam pernikahan seperti di atas, dan sampai di sini saran temen untuk tidak buru-buru menikah sebelum ada komitmen tingkat tingggi dengan calon suami saya (eh, calon suami saya siapa nih..?? :p ) mulai masuk akal, hehehhe...
Dari contoh kasus yang saya utarakan di atas, ada pertanyaan besar l di kepala saya : " ADA KETAKUTAN APA SIH SUAMI-SUAMI INI JIKA ISTRINYA BERKARIR DI LUAR RUMAH SELAIN MENJADI IBU RUMAH TANGGA... ??" ( ehem, suami-suami yang tertag di notes ini mungkin bisa share...hihihihi)
Takut jika urusan Rumah Tangga terbengkalai...??? takut perhatiaan Istri tidak full lagi untuk keluarga...?? tapi bagaimana kalau istri bisa menjalankan ke duanya...??? tapi kata temen saya yang juga seorang suami dari seorang teman, perhatiaan istri yang bekerja dan tidak bekerja pasti beda dan ia lebih menyukai perhatiaan full dari istri yang tidak bekerja. (heu..?? )
Dan pernah juga saya menemukan statmen seperti ini : Lagian kalian perempuan aneh juga, kalau suami-suami mampu memenuhi segala kebutuhan RT ngapain kalian sibuk bekerja di luar...?? apa yang kalian cari...?? uang..?? tinggal minta sama suami. Gampang! ngapain melakukan hal-hal yang bisa memicu keutuhan RT..!! *sigh*
Well, saya teringat tentang obrolan saya dengan Momz, ketika saya mendadak rajin masak di dapur, dengan becanda saya berkata bahwa saya rajin masak dalam rangka mempersiapkan diri saya menjadi calon istri yang rajin memasak dan berkebun, hahahha!
Saat itu Mamz saya berkata, sebenarnya pada dasarnya seorang perempuan memiliki naluri untuk selalu membahagiakan orang-orang yang dicintainya. Mereka akan melakukan apa saja, demi kebahagiaan keluarga mereka. Ada masa di mana perempuan akan meletakkan mahkotanya di kaki suaminya sebagai wujud baktinya, dan itu akan datang sendirinya tanpa di minta oleh siapapun.*peyuk2 mams*
Berbekal petuah Mamz, di sini saya mulai memaklumi kekhawatiran para suami-suami, tapi sebenarnya kekhawatiran tersebut menurut saya yah, ngga perlu terlalu dihiperbolakan, apalagi sampai mengeluarkan ancaman kepada istri untuk memilih antara karir dan RT. Toh menjadi seorang istri bukan berarti menjadikan seorang perempuan menjadi manusia tanpa impian. Apalagi jika impian istri untuk masa depan keluarga juga kelak :)
Dan menutup notes ini, saya ingin memasukan quotes bijak nan keren yang saya culik dari buku terbaru Rose Heart (Risa Amrikasari) "Perempuan Suarakan Hatimu"
" Bagi saya ,sebuah Pernikahan adalah "Partnership" Di mana kedua pihak di dalamnya harus dapat saling bekerja sama, tanpa harus saling menghalangi pertumbuhan InteLektual masing - masing"
~MN~